mayouries@gmail.com 03315101602

Otak Pemikir Panji Nusantara

19 Maret 2022 Mayouries Dibaca 567 kali Karya Sastra
Otak Pemikir Panji Nusantara

Penulis: Ainul Bashiroh*

Derasnya air mengguyur kota yang terkenal dengan pendidikan dan kota pariwisatanya, angin melambaikan dedaunan hijau bergemerisik ramai beralunkan nada. Suara panggilan yang merdu memecahkan kerumunan orang yang sibuk dengan aktifitasnya. Begitu juga dengan para otak pemikir pemimpin negeri yang kesehariannya memegang lembar kuning klasik, lembaran- lembaran yang tak bernyawa.

Ya mereka adalah seoarang santri yang tugasnya adalah mengaji dan mengabdi, ketika mereka mendengar suara panggilan yang merdu, mereka langsung bersiap untuk mengantri mengambil wudlu ”pekerjaan keseharian yang membutuhkan kesabaran tingkat tinggi”.

“Roda bumi tak berhenti berputar, dan waktu tak berhenti berdetak kini zaman mulai berubah, santri sekarang dengan santri dulu kalau santri sekarang kerjaannya rebahan nununggu kiriman kalau santri dulu terus mengaji walau tidak ada lampu yang menerangi. Apakah para generasi penerus seperti ini? Mau dikemanakan  Indonesia jika para pemudanya seperti ini?”

  Para santri hanya terdiam dan menundukkan kepala serasa malu dengan apa yang telah dikatakan gus rizal saaat pengajian akbar yang dilaksanakan seminggu sekali di ponpes az-zuhriyah.

“Nat kamu tadi tersindui endak dengan kata-katanya gus rizal?”

“Iya nun, aku sangat tersindir sekali sama kata-katanya gus rizal tadi,  kita ini memang generasi penerus tapi apa yang mau kita sumbangkan untuk negara jika kita hanya duduk makan rebahan menunggu kiriman orang tua”

(Baca juga: Merindu pada Seekor Kupu-Kupu)

“Gak ada manfaatnya kita ini jadi orang”

Matahari terbenam masih diarah barat tergantikan oleh sinar rembulan yang kala itu bersinar dengan terangnya ditemani para bintang-bintang sungguh indah ciptaanNYA yang maha kuasa. Alunan kalam ilahi terdengar merdu ditelinga menghilangkan kepenatan hidup yang terus menerus menghampiri.

Bruukkk(suara yang sangat keras terdengar)

Para sanrti terkejut dan penasaran mereka langsung mendatangi arah asal suara itu

“Apa adaapa ini kok ramai sekali”

“Ini ustadzah atap mushola belakang tiba-tiba ambrol”

“Lha kok bisa, endak ada santri yang terluka kan?”tanya ustadzah zulfa

“Alahamdulillah endak ada ustadzah, untungnya tadi pas atapnya ambrol anak-anak lagi mengaji diatas”jawab ainun

Keesokan harinya seluruh santri berkumpul diaula depan untuk membahas kerobohan atap yang terjadi tadi malam dan mereka akan bergotong royong satu sama lain untuk merenofasi atap begitu pula santri putra mereka dipakon untuk membantu santri putri untuk membereskan puing-puing atap yang ambrol, bagi mereka yang kurang akan kesadaran ini adalah kesempatan yang bagus untuk lebih dekat dengan santri putra, namun bagi anak yang sadar mereka merasa malu akan bertemu santri putra, bagi mereka santri putra hanyalah godaan semata rayuan setan yang berusaha menjerumuskan manusia kepada hal yang bersifat kebathilan.

Mereka bergotong royong saling membantu sanrti putra yang membersihkan puing-puing atap sedangkan santri putri memasak untuk santri putra sungguh kerja sama yang bagus sampai mereka selesai, mushola kembali bersih dan kokoh hingga santri putrapun kembali ke asramanya masing-masing.

Di dalam kamar A2 atau az-zuhriyah2 ainun,nata dan semua anak kamar A2 berkumpul membentuk lingkaran yang sering mereka lakukan saat tidak ada kegiataan dipondok mereka membicarakan sesuatu  yang masih hangat ditelinga mereka. Ya atap mushola yang ambrol.

“Mana bisa atap mushollah bawah ambrol ya”tanya nata

“Iya, mungkin bahan dasar pembuatan atapnya kurang kokoh”jawab ainun

“Kalau aku jadi mentri pembangunan aku akan bangun semua pesantren dan aku tidak akan memperbolehkan bahan-bahan yang kurang bagus dijadikan bahan bangunan.”celetuk fia

Tawa pun  pecah seketika mendengar fia berbicara seperti itu. Memang fia adalah santri yang sangat gokil dia sering menceletukkan kata-kata yang membuat perut geli dan tak bisa menahan bibir untuk resenyum lepas.

“Kalau kamu mentrinya, aku akan jadi arsiteknya dan kita akan bekerjasama gimana?”sahut nata

“Okelah kalau begitu kita akan membangun Indonesia dan membenahi negri ini sama-sama’kata fia

“Kalau begini ingat kata –katanya gus rizal dulu ya?”

“Iya guz rizal dulu pernah dawuh mau dikemanakan Indonesia jika para pemudanya seperti ini?”

“Kita buktikan dan kita sanggah kalau kita  para santri juga mampu mewujudkan impian bangsa dan mengabdi pada kiyai serta negara”

Jam telah berganti menit, menit telah berganti detik mereka yang dulu menghayal bersama diasrama pondok az-zuhriyah telah tumbuh menjadi seorang manusia yang sukses bukan dibidang agama saja melainkan dibidang akademik juga.

(Baca juga: Resensi Buku Tuhan Tidak Perlu Dibela Karya Gus Dur)

 Fia yang konyol yang dulu bermimpi ingin menjadi mentri pembangunan, sekarang impian itu menjadi kenyataan, nata seorang lugu kini menjadi seorang arsitek.

Inilah adalah bukti bahwa kita dari seorang santri juga mampu menjadi mentri, kami seorang santri juga mampu menjadi arsitek. Meskipun suka rebahan tapi mereka juga sering sholat malam, meskipun hanya menunggu kiriman orang tua tapi tak lepas dari doa. Kami para santri juga mampu bersaing dengan dunia luar, meskipun kami tidak terfasilitasi dengan peralatan canggih yang sudah dipakai oleh orang luar.

Penulis merupakan siswa kelas XII MA Unggulan Nuris


Sumber Berita : disarikan dari website pesantrennuris.net

Share :

Komentar

Refresh halaman ini jika komentar tidak tampil