mayouries@gmail.com 03315101602

NPM (NATURAL PEST MANAGEMENT) : PENGARUH KOMBINASI DAUN KEMANGI DAN SERAI TERHADAP MORTALITAS KUTU BERAS

1 Maret 2025 Mayouries Dibaca 131 kali Kolom KIR
NPM (NATURAL PEST MANAGEMENT) : PENGARUH KOMBINASI DAUN KEMANGI DAN SERAI TERHADAP MORTALITAS KUTU BERAS


 

 

NPM (NATURAL PEST MANAGEMENT) : PENGARUH KOMBINASI DAUN KEMANGI DAN SERAI TERHADAP MORTALITAS KUTU BERAS

 

 

 

 

Disusun Oleh :

Zahra Eka A. F. (Ketua)

Anggi Nur I.

 

 

 

 

MA UNGGULAN NURUL ISLAM

JEMBER

2023

 

Pendahuluan

Beras merupakan kebutuhan pokok yang menjadi kebutuhan sekitar 78% penduduk Indonesia untuk memenuhi asupan energi setiap hari terutama asupan karbohidrat. Beras menjadi kebutuhan pangan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia dengan tingkat konsumsi 111, 58 Kilogram (Kg) per Kapita per Tahun. Dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah pada setiap tahunnya, mengakibatkan meningkat pula kebutuhan akan persediaan beras untuk asupan pangan masyarakat Indonesia (Basuki et al., 2021). Namun, salah satu permasalahan pada produksi beras saat ini adalah serangan hama kutu beras (Sitophilus oryzae L.). 

Kutu beras (Sitophilus oryzae L.) merupakan jenis hama gudang utama yang banyak merusak persediaan beras di tempat penyimpanan dan menyebabkan butiran beras menjadi berlobang kecil-kecil sehingga mudah pecah, remuk, rasanya tidak enak dan berbau apek (Oktavia et al., 2021). Kerusakan yang disebabkan oleh serangga hama ini adalah beras menjadi kotor, berbau apek, terdapat bekas gerekan dan penurunan mutu. Serangan S. oryzae secara terus menerus menyebabkan beras menjadi bubuk tepung dan sebagian beras masih utuh dengan terdapat banyak lubang (Rahman et al., 2021). Kerusakan yang disebabkan oleh serangga hama ini adalah beras menjadi kotor, berbau apek, terdapat bekas gerekan dan penurunan mutu. Serangan, S. oryzae secara terus menerus menyebabkan beras menjadi bubuk tepung dan sebagian beras masih utuh dengan terdapat banyak lubang (Rahman et al., 2021). Kerusakan lain yang ditimbulkan adalah beras dapat menjadi patah-patah, bau apek dan rasa beras menjadi tidak enak. Untuk menghindari penurunan kualitas beras akibat adanya hama kutu beras (Sitiphilus oryzae L.) selama masa penyimpanan, maka perlu adanya suatu pengendalian terhadap hama tersebut (Mahanani & Wenda, 2023)

Penggunaan racun sintesis seringkali menjadi cara yang paling umum digunakan dalam menangani serangan kutu beras. Sejatinya bahan pangan pokok seperti beras tidak dapat langsung ditangani menggunakan racun sintetis karena beras merupakan bahan pangan konsumsi harian. Oleh karena itu, diperlukan cara yang lebih efektif dan efisien dalam mengendalikan kutu beras, namun tidak berbahaya jika dikonsumsi jangka panjang bagi manusia. Salah satu solusi yang dapat dilakukan yaitu pemanfaatan insektisida nabati. Insektisida nabati diartikan sebagai insektisida yang bahannya berasal dari bahan alami dan mudah terurai di alam (Nazilah & Suharjono, 2021).

 

( Baca juga : COFIREIN (COASTAL FISH BIOGAS REACTOR INSTALLATOION) SEVAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF TERBARUKAN DI MASA DEPAN )

 

Kemangi dan serai termasuk jenis tanaman yang sering dijumpai dan sering digunakan sebagai bahan masakan di Indonesia.  Kemangi mengandung beberapa jenis zat aktif yang bersifat insektisidal, yaitu sitral (43,45%), eugenol (70,5%) dan geraniol (23%). Minyak Kemangi telah terbukti dapat mengusir serangga dan memiliki aktivitas larvasida terhadap lalat rumah (Musca domestica), lalat botol biru (Calliphora vomitoria), dan nyamuk (Anopheles arabiensis) (Mahmoud et al., 2017). Sementara itu, tanaman serai (Cymbopogon nardus) memiliki kandungan minyak atsiri yang terdiri atas sitral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farnesol, metil haptenol dan dipentena. Kandungan minyak atsiri bekerja secara racun kontak dan racun sistemik terhadap serangga (Lestari, 2020). Oleh karena itu, Penulis menggagas karya mengenaiNPM (Natural Pest Management) : Pengaruh Kombinasi Daun Kemangi Dan Serai Terhadap Mortalitas Kutu Beras”.

 

Pembahasan

Pertanian sebagai pilar utama dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia memiliki tantangan besar dalam menghadapi serangan hama tanaman. Salah satu hama yang merugikan adalah kutu beras (Sitophilus oryzae), yang dapat menghancurkan hasil pertanian dan menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan. Dalam upaya mencari solusi yang ramah lingkungan dan efektif, penelitian ini memusatkan perhatian pada kombinasi daun kemangi dan serai sebagai alternatif pengendalian hama tanaman.

Natural Pest Management (NPM) atau Pengelolaan Hama secara Alami merupakan sebuah pendekatan yang makin diakui dalam dunia pertanian modern. Dalam konteks ini, kekuatan bahan alam, seperti kombinasi daun kemangi dan serai, memainkan peran utama dalam menanggulangi hama tanaman, khususnya kutu beras. Bahan alami, seperti daun kemangi, terkenal karena kandungan senyawa kimia alaminya yang memiliki sifat antibakteri dan antijamur yang kuat. Sifat-sifat ini menjadikan daun kemangi sebagai agen pengendalian hama yang efektif. Di sisi lain, serai memiliki senyawa-senyawa seperti citronella yang menjadikannya sebagai agen repelan alami yang sangat efisien dalam mengusir serangga, termasuk kutu beras.

 

Ketika daun kemangi dan serai digabungkan, keduanya menciptakan sinergi yang sangat efektif dalam mengendalikan populasi kutu beras. Studi ilmiah mendalam menunjukkan bahwa kombinasi ini memiliki potensi tinggi untuk mengurangi mortalitas kutu beras tanpa merusak lingkungan, serta tanaman yang ditanam. Selain itu, pendekatan NPM tidak hanya membantu mengendalikan hama tanaman, tetapi juga mengurangi risiko kontaminasi pestisida kimia dalam hasil pertanian. Dalam jangka panjang, ini memberikan manfaat ganda: pertama, mengurangi biaya produksi bagi petani dengan mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia, dan kedua, menjaga kesehatan lingkungan dengan mengurangi penggunaan bahan kimia yang dapat mencemari tanah dan air.

Pendekatan NPM dengan memanfaatkan kekuatan bahan alam ini juga mendukung keberlanjutan pertanian. Dengan mengurangi penggunaan pestisida kimia, pertanian tidak hanya lebih ramah lingkungan, tetapi juga menciptakan ekosistem pertanian yang seimbang. Serangga dan mikroorganisme tanah yang penting untuk keseimbangan ekosistem pertanian tidak terpengaruh secara negatif oleh penggunaan pestisida kimia. Selain itu, pendekatan ini mengajarkan petani tentang pengelolaan yang berbasis pada pengetahuan lokal, yang selaras dengan prinsip-prinsip keberlanjutan dan kearifan lokal.

Dalam konteks global, pendekatan NPM juga mencerminkan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan dan keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut tentang penggunaan kombinasi bahan alam seperti daun kemangi dan serai dalam mengendalikan hama, serta pengembangan metode NPM lainnya, adalah langkah yang sangat penting untuk mendukung masa depan pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan memahami dan menghargai kekuatan bahan alam, kita dapat mencapai hasil pertanian yang baik sambil menjaga keseimbangan alam dan mendukung keberlanjutan ekosistem pertanian di seluruh dunia.

Kemangi dan serai telah lama dikenal karena sifat-sifatnya yang dapat mengusir hama. Daun kemangi mengandung senyawa-senyawa kimia seperti estragol dan eugenol, yang telah terbukti memiliki sifat insektisida. Di sisi lain, serai mengandung minyak atsiri, terutama citronella, yang dikenal memiliki efek repelan terhadap berbagai hama. Penggabungan kekuatan alami keduanya dalam satu campuran menjadikannya pilihan yang menarik untuk diuji dalam pengendalian kutu beras.

Paparan kutu beras terhadap campuran ekstrak daun kemangi dan serai dalam berbagai konsentrasi berimplikasi bahwa kombinasi ini memiliki dampak signifikan terhadap mortalitas kutu beras. Konsentrasi campuran yang lebih tinggi menghasilkan tingkat kematian kutu beras yang lebih tinggi pula. Analisis lebih lanjut mengungkapkan bahwa senyawa-senyawa aktif dalam daun kemangi dan serai bekerja bersama-sama untuk mengganggu sistem saraf dan sistem pernapasan kutu beras. Estragol dan eugenol dalam kemangi menghambat pertumbuhan hama tersebut, sementara citronella dalam serai mengusir dan membunuh kutu beras.

Pentingnya temuan ini tidak hanya terletak pada efektivitasnya dalam mengendalikan kutu beras, tetapi juga pada keunggulan solusi ini dari segi ekologi. Penggunaan bahan-bahan alami seperti kemangi dan serai mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia yang berpotensi merusak ekosistem dan mengancam kesehatan manusia. Selain itu, penggunaan daun kemangi dan serai tidak meninggalkan residu berbahaya pada hasil pertanian, menjaga kualitas produk pertanian dan menjauhkannya dari kontaminasi kimia.

Namun, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi dalam penggunaan campuran ini sebagai pengendali hama tanaman. Variasi dalam konsentrasi campuran, waktu aplikasi yang tepat, serta interaksi dengan faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi efektivitasnya. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dengan lebih mendalam kondisi optimal penggunaan campuran daun kemangi dan serai ini dalam berbagai lingkungan pertanian. Di sisi lain, gagasan ini membuka prospek cerah untuk pengembangan formulasi komersial yang dapat digunakan oleh petani secara luas. Produk-produk yang menggunakan daun kemangi dan serai sebagai bahan aktifnya dapat dihasilkan dalam bentuk semprotan, bubuk, atau pelumas yang mudah digunakan. Selain itu, pendekatan ini dapat diperluas ke tanaman lain yang juga rentan terhadap serangan kutu beras atau hama serupa.

 

Penutup

Kombinasi daun kemangi dan serai telah terbukti memiliki potensi besar dalam mengendalikan populasi kutu beras secara efektif dan ramah lingkungan. Temuan ini tidak hanya mendukung pertanian berkelanjutan dengan mengurangi penggunaan pestisida kimia, tetapi juga memberikan solusi yang dapat diandalkan bagi petani yang mencari alternatif alami dan efisien dalam menghadapi serangan hama tanaman. Oleh karena itu, pengembangan lebih lanjut dan penelitian mendalam terus diperlukan untuk mengoptimalkan formulasi dan aplikasi campuran daun kemangi dan serai ini, membawa harapan baru dalam perang melawan hama tanaman secara berkelanjutan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Basuki, Z. M., Putra Hidayat, R. J., Asih, P. S., & Sihidi, I. T. (2021). Analisis Kebijakan Impor Beras 1 Juta Ton Oleh Pemerintah Indonesia: Data Dan Analisis Media Sosial. Jurnal Academia Praja, 4(2). https://doi.org/10.36859/jap.v4i2.485

Lestari, N. (2020). Uji Beberapa Konsentrasi Tepung Daun Serai (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf.) Terhadap Mortalitas Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae L.). Skripsi.

Mahanani, A. U., & Wenda, A. (2023). Bentuk Insektisida Nabati Daun Pepaya Terhadap Mortalitas Komunitas Kutu Beras (Sitophilus Oryzae L.) Dan Kualitas Beras Bulog. AgriPeat, 24(1). https://doi.org/10.36873/agp.v24i1.8559

Mahmoud, H. E. M. A., Bashir, N. H. H., & Assad, Y. O. H. (2017). Effect of basil (Ocimum basilicum) Leaves Powder and Ethanolic-Extract on the 3 rd Larval Instar of Anopheles arabiensis (Patton, 1905)(Culicidae: Diptera).

Nazilah, E., & Suharjono. (2021). Efektivitas jenis dan dosis beberapa insektisida nabati terhadap mortalitas kutu beras (Sitophilus oryzae L.) pada penyimpanan benih padi. Jurnal Ilmiah Pangabdhi, 7(2).

Oktavia, E. S. R., Muliyana, F., M. Galih Wicaksono, & Khansa. (2021). Deskripsi Potensi Kandungan Daun Pepaya dan Daun Putri Malu Terhadap Daya Hidup Hama Kutu Beras. Prosiding …, 1.

Rahman, M. Y., Fitriyanti, D., Aphrodyanti, L., & Pramudi, M. I. (2021). Uji Efektivitas Pemberian Serbuk Daun Sirih Merah (Piper crocatum) Terhadap Mortalitas Kutu Beras (Sitophilus oryzae L.). Jurnal Proteksi Tanaman Tropika, 4(1). https://doi.org/10.20527/jptt.v4i1.667

 

Share :

Komentar

Refresh halaman ini jika komentar tidak tampil