Rajab sebagai Saksi Ekspedisi Tabuk: Kemenangan Tanpa Perang di Bawah Kepemimpinan Nabi
MA UNGGULAN NURIS - Kata Tabuk sendiri berasal dari nama sebuah tempat yang terletak antara Wadil Qura dan Syam. Perang Tabuk juga disebut Ghazwah Al-Usrah yang bermakna Perang Kesulitan, karena konon katanya Keadaan para sahabat sedang susah hingga membuat seekor unta harus dikendarai oleh 10 orang sahabat secara bergantian. Perang Tabuk juga merupakan perang terakhir yang diikuti oleh Rasulullah saw.
Perang Tabuk sendiri ditulis dalam Q.S. At-taubah ayat 117
لَـقَدْ تَّابَ اللّٰهُ عَلَى النَّبِىِّ وَالۡمُهٰجِرِيۡنَ وَالۡاَنۡصَارِ الَّذِيۡنَ اتَّبَعُوۡهُ فِىۡ سَاعَةِ الۡعُسۡرَةِ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا كَادَ يَزِيۡغُ قُلُوۡبُ فَرِيۡقٍ مِّنۡهُمۡ ثُمَّ تَابَ عَلَيۡهِمۡؕ اِنَّهٗ بِهِمۡ رَءُوۡفٌ رَّحِيۡمٌۙ ١١٧
Artinya:
"Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka."
Perang tabuk diperkirakan terjadi pada bulan rajab. Dikutip dari buku Perang Hunain dan Perang Tabuk yang diterjemahkan oleh Muhammad Ridha dan H. Anshori Umar Sitanggal Abu Farhan, dijelaskan bahwa Perang Tabuk terjadi pada bulan Rajab tahun ke-9 H. Sedangkan dalam kalender Masehi diperkirakan terjadi antara bulan September-Oktober 630 M.
Ada beberapa versi tentang latar belakang munculnya perang ini. Diantaranya bertujuan demi membalas kematian Ja'far bin Abu Thalib, serta adanya tantangan dari orang orang Yahudi dengan tujuan untuk menipu kaum muslimin agar celaka. Mendengar kabar tersebut, Rasulullah SAW langsung mempersiapkan diri beserta dengan kaum Muslimin lainnya.
Sedangkan menukil dari Sirah Nabawiyah susunan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, latar belakang terjadinya Perang Tabuk adalah keinginan Rasulullah SAW menyerang Romawi sebagai bentuk kekuatan militer terbesar di bumi pada masa itu, sehingga ajaran Islam dapat meluas. Keinginan sang Rasul muncul setelah dibunuhnya Al-Harits bin Umair di tangan Syuhrabil bin Amr Al-Ghasaani ketika Al-Harits membawa surat yang ditujukan kepada pemimpin Bushra.
Rasulullah SAW tidak menggunakan metode “sindiran” mengenai tujuan keberangkatan, tidak seperti yang biasa beliau lakukan pada peperangan sebelumnya. Kali ini beliau menjelaskan kepada para sahabatnya bahwa beliau hendak menghadapi para bala tentara Romawi.
Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan perbekalan dan menganjurkan umat Islam yang kaya untuk berinfak membiayai jihad di jalan Allah SWT. Diantara sahabat yang memberikan sumbangan untuk kebutuhan perang adalah. Utsman bin Affan menyumbang senilai 900 ekor unta dan 100 ekor kuda, Abdurrahman bin Auf menyumbang 200 uqiyah perak, Abu Bakar menyerahkan semua hartanya senilai 4000 dirham, dan masih banyak lagi.
Meski telah banyak infak dan sumbangan yang diperoleh tapi tetap saja belum mencukupi untuk pasukan tersebut. Saking kekurangannya, sampai-sampai delapan belas prajurit hanya mendapat satu ekor unta. Bahkan untuk bisa minum segelas saja mereka harus menyembelih unta tersebut agar bisa mengambil air di punuknya dan dagingnya untuk dimakan. (Safyurrahman al-Mubarakfuri, h. 364-365).
Setelah persiapan matang, pasukan muslim pun bergerak ke arah utara menuju Tabuk dengan membawa 30.000 prajurit yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah selama 20 hari.
Sementara Rasulullah sendiri menitipkan keluarganya di Madinah kepada Ali bin Abi Thalib. Mengetahui hal itu, orang-orang munafik menghasut Ali agar pergi perang dan meninggalkan ahlul bait. Tapi sayangnya, hasutan itu gagal dan Rasulullah berkata kepada Ali, “Tidakkah engkau senang, hai Ali. Kau bagiku seperti kedudukan Harun bagi Musa, hanya saja tidak ada Nabi setelahku.” (Abdussalam Harun, Tahdzîbus Sîrah Ibnu Hisyâm, [Beirut: Muassasar ar-Risalah, 1985], h. 288)
Ketika Rasulullah hendak berangkat ke medan perang, cuaca terasa amat panas dan musim itu musim paceklik.Setibanya di Tabuk, Rasulullah berpidato di hadapan pasukan dan menyemangati mereka. Semangat merekapun berkobar dan siap untuk bertempur.
Meskipun telah mendatangi kawasan Tabuk, pihak musuh kemudian mengajak berdamai dengan membayar upeti. Dikerenakan mental yang menciut setelah mendengar bahwa pasukan muslim telah Bersiap untuk berperang dengan bangsa romawi. Hingga akhirnya, Perang antara kaum Muslimin dan bangsa Romawi tersebut berhasil dimenangkan oleh kaum muslimin. Meski dalam keadaan yang sulit, mereka berhasil memenangkan peperangan tersebut meski tidak lewat jalur peperangan.[HK/Red]