Radhar Panca Dahana, Cerpenis Indonesia
Penulis: Ahmad Rahmatullah*
Radhar Panca Dahana, merupakan seorang cerpenis yang produktif dengan karya-karyanya. Cerpenis tersebut lahir di Jakarta, pada 26 Maret 1965. Dia merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara. Ayahnya bernama Radsomo dan Ibunya bernama Suharti. Dari kecil orang tuanya mendidiknya secara otoriter. Tidak heran, jika dia sempat kabur dari rumah ketika menduduki bangku SMP. Sejak itu, Radar mulai belajar hidup mandiri dan dia pun sekolah sambil bekerja.
Radhar berhasil menyelesaikan pendidikannya pada jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Setelah meraih gelar sarjananya, ia mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di Ecole des Etudes En Science Sociales (EHESS), Prancis dan lulus pada tahun 1999.
Ketika masih bersekolah Radhar bekerja sebagai piñata artistic dan wartawan. Ia juga pernah bekerja di Kompas dengan memakai nama Samarah Reza Mortafilni. Radhar telah memulai karier jurnalistik sejak berusia sepuluh tahun. Radhar mempublikasikan karya pertamanya yang berjudul “Tamu tak Diundang” di harian Kompas. Sejak itu, dia produktif menulis cerpen di berbagai majalah di antaranya Gadis, Nova, Hai, Keluarga Pertiwi, dan Kartini.
(baca juga: 19 Santri Nuris Berhasil Khatamkan 30 Juz Al Quran)
Dari hari kehari, cerpen-cerpen Radhar dapat dikenali dengan ciri khususnya yang mengedepankan sinisme hiruk pikuk masyarakat modern. Sinisme Radhar terhadap perkembangan tampak pada kehidupan tokoh ceritanya yang menjalankan, resitensi terhadap kehidupan masyarakat modern. Tema serupa juga terdapat dalam cerita-cerita negeri Asab. Sejumlah cerpen yang hadir dalam buku kumpulan cerpen ini mengangkat tema ambiguitas kehidupan kontruksi yang berkali-kali harus tersingkirkan oleh kontruksi realitas yang dibangunnya sendiri.
(baca juga: Tipe Pemuda Ideal dalam Al Quran)
Selain tema yang telah dia angkat, Radhar juga berusaha mengungkapkan konstruksi keterasingan melalui cerita tentang orang-orang yang harus kehilangan kehidupan dan idealisnya. Hal ini terdapat dalam sejumlah karyanya seperti “Sepi pun Menari di Tepi Hari”, “Benarkah Duri Bisa Melukai”, “Aurevoir Aryani”, dan sebagainya. Sejak saat itulah Radhar menjadi sosok terkenal di dunia cerpen. Semoga akan muncul generasi-generasi penerus Radhar yang produktif dalam menulis.
Penulis merupakan alumni MA Unggulan Nuris
Sumber Gambar : Kompas.com
Sumber Berita : Pesantrennuris.net