mayouries@gmail.com 03315101602

BIOLARVASIDA PEMANFAATAN DAUN BELUNTAS DAN LIMBAH DAUN TEMBAKAU TERHADAP JENTIK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE

22 Februari 2025 Mayouries Dibaca 130 kali Kolom KIR KARYA ILMIAH,KARYA SANTRI,MA UNGGULAN NURIS,SANTRI BERPRESTASI,PESANTREN NURIS
BIOLARVASIDA PEMANFAATAN DAUN BELUNTAS DAN LIMBAH DAUN TEMBAKAU TERHADAP JENTIK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE

Text Box: Sub Tema : Lingkungan

 

 

BIOLARVASIDA PEMANFAATAN DAUN BELUNTAS DAN LIMBAH DAUN TEMBAKAU TERHADAP JENTIK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE

 

 

 

 

 

Disusun Oleh :

Aflahah Aulia (Ketua)

Najwaa Khomariah

 

 

 

 

MA UNGGULAN NURUL ISLAM

JEMBER

2023

 

Pendahuluan

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan tantangan serius bagi masyarakat Indonesia dengan angka morbiditas dan mortalitas yang terus tinggi. DBD bersifat endemis dan sering kali terjadi dalam bentuk kejadian luar biasa (KLB) sepanjang tahun. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Anggraini dkk, 2021). Gejala DBD meliputi demam tinggi mendadak selama 2-7 hari tanpa sebab jelas, disertai petekie, epistaksis, muntah darah, berak darah, penurunan kesadaran, hingga syok dan kematian (Sembiring dkk, 2021).

Menurut laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kasus DBD mencapai puncak tertinggi pada tahun 2016 dengan 204.171 kasus, dan jumlah kematian terbanyak terjadi pada tahun 2019 dengan 236 kasus. Hingga Juli tahun 2023, Kementerian Kesehatan mencatat 35.694 kasus DBD (Kemenkes, 2022). Dalam menghadapi peningkatan kasus DBD di daerah-daerah endemis, perlu dilakukan upaya pencegahan yang efektif.

Pencegahan DBD sangat bergantung pada pengendalian vektor, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian ini dapat dilakukan melalui metode lingkungan, biologis, dan kimiawi. Meskipun insektisida sintetik umumnya efektif, praktis, dan ekonomis, penggunaannya perlu diwaspadai karena dapat mencemari lingkungan, menyebabkan kematian makhluk hidup lain, dan memicu mutasi gen pada spesies tersebut. Beberapa upaya pencegahan dan penanggulangan DBD telah diimplementasikan di Indonesia, termasuk pengurasan tempat penampungan air, pemeriksaan berkala di lingkungan masyarakat, penggunaan abate, dan pengasapan di daerah yang mengalami penyebaran DBD (Rau et al., 2019). Namun, penggunaan abate dalam jangka panjang dapat menimbulkan resistensi pada serangga, sehingga diperlukan alternatif berbahan alam seperti larvasida alami (Shobah dkk, 2021).

Dalam konteks ini, penelitian dan pengembangan larvasida alami dari tumbuhan menjadi fokus utama. Larvasida alami memiliki keunggulan karena ramah lingkungan, aman bagi manusia, lebih ekonomis, dan dapat diakses oleh masyarakat. Daun tanaman, yang sering diabaikan, dapat dijadikan bahan larvasida alami. Pemanfaatan bagian ini memberikan nilai tambah pada tanaman dan mengurangi biaya dalam penggunaan tanaman sebagai larvasida (Maulana dkk, 2021). Dengan pendekatan ini, diharapkan penanganan DBD di Indonesia akan menjadi lebih efektif dan berkelanjutan, mengurangi dampak negatif pada lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pembahasan

Di Indonesia, memiliki banyak berbagai jenis tanaman yang bisa digunakan sebagai biolarvasida, seperti daun sirih (Piper betle), daun sirsak (Annona muricata), daun serai wangi (Cymbopogon nardus), daun dewa (Gynura pseudochina), serta termasuk daun beluntas (Pluchea indica (L.) Less) dan daun tembakau (Nicotiana tabacum L) (Fuadzy dan Marina, 2012; Kolo et al., 2018; dan Parwata et al., 2011). daun-daun tersebut banyak mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, zat nikotin, phenolic, asam organik, atsiri, triterpenoid, dan zat limonoid.

Senyawa saponin mempunyai kemampuan yang dapat merusak membran sel dengan mengubah struktur sel yang dapat sehingga mengalami lisis (Utami dkk, 2016). pada  senyawa alkaloid dalam bentuk garam dapat mendegradasi membran sel dan  merusak sel dan merusak sistem kerja saraf yang menyebabkan larva menjadi transparan, gerakan melambat, dan membungkukkan badannya. Senyawa tanin berinteraksi dengan protein menjadi bersifat racun sehingga menghambat pertumbuhan dan mengurangi nafsu makan serangga melalui penghambatan aktivitas enzim pencernaan. Pada kandungan lain yaitu flavonoid yang bekerja sebagai inhibitor kuat pernafasan atau racun dengan cara kerja melalui sifon sehingga  mengakibatkan kerusakan sistem pernafasan larva. Nikotin merupakan racun syaraf yang  bereaksi cepat dan dapat bertindak sebagai racun kontak pada serangga (Handayani dkk, 2018).  

Zat Atsiri   berperan sebagai racun pernafasan pada serangga, yang masuk ke dalam tubuh larva berupa  gas dan masuk ke dalam melalui sistem pernafasan sehingga menyebabkan mortalitas pada larva. Cara  kerja menimbulkan kelayuan pada saraf serta kerusakan sistem pernapasan pada   larva dan mengakibatkan larva tidak bisa melakukan respirasi dan akhirnya mati (Mustafa, 2019).  Kandungan zat limonoida paling potensial memiliki efek larvasida ialah limonoida aglycones  (  LA  ), merupakan zat yang mengandung rasa getir pada jeruk nipis dan tidak terlarut oleh  air. Senyawa lain dari limonoida adalah Limonoida glucosides (LG), merupakan senyawa yang sifatnya tidak memberi rasa getir dan larut pada air.  Kandungan zat yang ada pada   daun-daun tersebut berdasarkan penelitian dapat dijadikan larvasida alami dan efektif untuk  membunuh larva nyamuk Aedes Aegypti (Mawaddah dan Hasan, 2020).

Daun-daun tanaman yang telah disebutkan dapat memiliki daya larvasida dengan   pengolahan menjadi ekstrak dan diujikan dengan larva instar III karena belum  mencapai tahap pupa dan secara morfologi lebih sempurna sehingga memiliki sistem pertahanan yang baik dengan berbagai konsentrasi yang diujikan (Mustafa, 2019). tanaman yang dapat digunakan sebagai biolarvasida adalah daun beluntas (Pluchea indica) dan daun tembakau (Nicotiana tabacum L). Tanaman tersebut merupakan tanaman yang mudah ditemui di sekitar kita. Tembakau (Nicotiana tabacum L) di wilayah Kabupaten Jember sangat terkenal di provinsi Jawa timur. Tanaman tersebut merupakan tanaman yang mudah ditemui di sekitar kita, terutama Tembakau (Nicotiana tabacum L) yang sangat terkenal di wilayah Kabupaten Jember provinsi Jawa Timur).

Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L) dapat dijadikan sebagai pestisida organik karena tembakau adalah tanaman yang mengandung alkaloid (Hudayya, 2012). Berdasarkan hasil laboratorium mengenai kandungan yang ada dalam ekstrak daun tembakau terbukti mengandung minyak atsiri dan nikotin. Minyak atsiri dapat berfungsi sebagai racun saraf pada larva (Kemenkes, 2011). Berdasarkan penelitian Susanti, kandungan nikotinnya yang tinggi juga mampu digunakan sebagai insektisida. Senyawa ini bekerja sebagai racun kontak, racun perut, dan fumigan (Machado, 2010).

Dalam  penelitian  Susanti dan Hasan Boesri (Nuryanti, E., 2013), yang berjudul “Toksisitas Biolarvasida Ekstrak Tembakau dibandingkan dengan  Ekstrak  Zodia Terhadap Jentik Vektor Demam Berdarah Dengue (aedes aegypti)”, dalam uji bioassay pada   konsentrasi 1,56%  ekstrak   tembakau mampu untuk membunuh jentik Aedes aegypti 100  %  dalam 24 jam, dan pada  konsentrasi 50%, ekstrak ini mampu membunuh jentik uji 100% selama 2 jam. Ekstrak fraksi petroleum eter daun beluntas digunakan sebagai biolarvasida larva nyamuk Aedes aegypti. Ekstrak fraksi petroleum eter daun beluntas memiliki nilai LC50 sebesar 1.907,83 ppm. Selanjutnya, menurut Rochmat et al. (2017), LC50 dari ekstrak etil asetat daun beluntas sebesar 46,09 ppm dan dari fraksi n-heksan sebesar 108,79 ppm.

 

Penutup

Pemanfaatan biolarvasida dari daun beluntas (Pluchea indica (L.) Less.) dan limbah daun tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan solusi inovatif dalam pengendalian jentik vektor penyakit demam berdarah dengue (Aedes aegypti). Penggunaan bahan alam ini tidak hanya efektif dalam membunuh jentik vektor, tetapi juga ramah lingkungan, ekonomis, dan dapat diakses oleh masyarakat dengan mudah.

Penelitian dan pengembangan lebih lanjut terkait biolarvasida ini sangat penting untuk meningkatkan efektivitasnya, mengevaluasi potensi dampak lingkungan, dan mengidentifikasi cara terbaik untuk mengintegrasikan solusi ini dalam program-program pengendalian demam berdarah dengue di masyarakat. Dengan pendekatan berbasis alam dan keberlanjutan, harapannya adalah mampu mengurangi beban penyakit DBD, meningkatkan kesehatan masyarakat, serta melindungi lingkungan secara menyeluruh.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Acce, Basri FN. Perbandingan Efektifitas Perasan Daun Kemangi (Ocimum Sanctum) Dan Daun Sirih (Piper       Betle) Sebagai Larvasida Pada Larva Aedes  Aegypti Instar III The  Coperative Effectiveness Of Basil Leaf Juice (Ocimum  Sanctum) And Betel Leaf  (Piper Betle L) As Larvacid. 2019;9:199–204.

Anggraini. D. R., Syamsul. H., Farid. A. 2021. Faktor Perilaku Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Daerah Endemis Kota Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan: 12(2).

Fuadzy, H., Marina, R., Penelitian, L., Pengembangan, D., Bersumber, P., Pangandaran, B., & Ciamis, K. (2012). Potensi daun dewa (gynura pseudochina [l.] Dc.) Sebagai larvasida aedes aegyptI (LINN.). In Aspirator 4(1): 7-13.

Handayani SW, Prastowo D, Boesri H, Oktsariyanti A, Joharina AS. Efektivitas Ekstrak Daun Tembakau (Nicotiana tabacum L) dari Semarang, Temanggung, dan Kendal Sebagai Larvasida Aedes aegypti L. Balaba J Litbang Pengendali Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara. 2018;23–30.

Hudayya, A, dan Hadis Jayanti, 2012. Pengelompokkan Pestisida Berdasarkan Cara Kerja (Mode of Action), Bandung Barat: Yayasan Bina Tani Sejahtera.

Kemenkes RI. 2022. Situasi Dengue (DBD) di Indonesia pada minggu ke 16             Tahun         2022. Jakarta;  Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes. 2021. Proporsi kasus dan kematian DBD per Kelompok Umur, Data             Harian                 dan data perkembangan kasus serta kab kota terjangkit DBD              1968-2021. Jakarta; Kementerian Kesehatan.

Kementerian    Kesehatan       Republik          Indonesia.       2011. Subdit   Filariasis   dan   Schistomiasis   Direktorat   P2B2, Ditjel   PP   &   PL.2010.   Rencana   Nasional   Program Akselerasi   Eliminasi   Filariasis   di   Indonesia.   Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pusat data dan Informasi tahun  2016.

Kolo, S. M. (2018). Efektivitas Biolarvasida Ekstrak Daun Sirsak Dan Serai Wangi Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Saintek Lahan Kering, 1(1), 13–16. https://doi.org/10.32938/slk.v1i1.441

Machado, P. A., Fu H., Kratochivl R. J., Yuan Y., Hahm T. S., Sabliov C. M.,Wei C. I.  & lo  Y. M. 2010. Recovery of Solanesol from  Tobacco as a Value Added product for Alternative Applications. J  Bioresources Technology, 101: 109.

Mawaddah AD, Hasan RS. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun jeruk Nipis  terhadap Larva Aedes Aegypti Sp. JIMKesmas. 2020;5(1):1–7.

Mustafa BA. Perbandingan Daya Bunuh Daun Pala (Myristica fragrans) Dan Daun  Sirih (Piper Betle L) Sebagai Larvasida Alami Terhadap Larva Aedes Aegypti Instar Iii Di Kota Ternate. Promot J Kesehat Masy [Internet]. 2019;9(1):1–8.  Available from: http://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/PJKM

Nugroho Dwi, A. (2011). Kematian Larva Aedes Aegypti Setelah Pemberian Abate Dibandingkan Dengan Pemberian Serbuk Serai. In Kemas 7(1): 91-96. http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas

Nuryanti, E.,  2013,  Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk di Masyarakat, Jurnal KEMAS (1): 15-23.

Parwata (2011) Oka, I. M., , A., Santi, R., Sulaksana, M., Ayu, I., & Widiarthini, A. (n.d.). Aktivitas Larvasida Minyak Atsiri Pada Daun Sirih (Piper betle Linn) Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti. In Jurnal Kimia, 5(1): 88-93.

Rau, Muh. J., Soraya, N., & Pitriani. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kelurahan Birobuli Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(2), 73–82.

Rochmat, A., Adiati, M. F., & Bahiyah, Z. (2017). Pengembangan Biolarvasida Jentik Nyamuk Aedes aegypti Berbahan Aktif Ekstrak Beluntas (Pluchea indica Less.). Reaktor, 16(3), 103–108. https://doi.org/10.14710/reaktor.16.3.10 3-108

Sembiring. M. A., Raja Tama. A. A., Mustika. F. L. S. 2021. Penerapan Metode Algoritma K-Means Clustering Untuk Pemanfaatan Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Journal of Sciene and Social Research: 4(3).

Shobah.  N. A., Fajrin. N., Nia. M. K. 2021. Kombinasi Ekstrak Daun Kecombrang (Etlingera elatior) dan Daun Beluntas (Pluchea indica) Sebagai Biolarvasida. Jurnal Kesehatan Perintis: 8(2).

Utami WW, Ahmad AR, Malik A. Uji Aktivitas Larvasida Ekstrak Daun Jarak Kepyar(Ricinus communis L.) Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti. J Fitofar maka Indones. 2016;3(1):141–5.

Wijaya TA, Hasan RSB. Uji Efektivitas Larvasida Daun Pepaya (Carica Papaya L) Terhadap Perkembangan Larva Aedes Aegypti. (Jurnal Ilm Mhs Kesehatan Masyarakat). 2020;5(1):38–42.

 

v

Share :

Komentar

Refresh halaman ini jika komentar tidak tampil